Musim Gugur I

(1)
Jalan ini masih sama. rumah rumahnya juga
masih sama
ketapang tua

di pagar aribang itu
kudengan suara kersiknya
desah desah mereka

rantingmu
yang patah

(2)
ketapang itu mengibas ngibaskan dahan
kawanan sriti
memusar
�aku mengenalmu lewat angin
yang membisikkan nama.�

layang layang
berdesar
�oh, benang. mengapa kau kekang.�

perempuan di ujung jembatan
sendiri

2001

Musim Gugur II

(1)
bulan
yang semalaman
menidurkan serangga
mengatupkan mata. tepat
di sela ranting kamboja
dan tiga detik kemudian
gugur bunga
jatuh
menyintuh
tanah

(2)
angin melintasi batas malam
di bawah lampu lampu
garis garis menebal
bulan sabit
di ujung langit

(3)
malam mencipta pagi
(burai cahaya seburat
warna) lalu senja
perempuan

perempuan berkerudung
hitam. hitam
menangis
2001

Musim Gugur III

adzan subuh
menyintuh
di pinggir surau
embun
jatuh
di dahan
suruh

Musim Gugur V

lamat
lamat
irisan
batang
tangkai
teratai
layu

BISMILLAH

bismillah kalawan nyebut
asmaning allah
bibir bibir bunga rekah
pintu pintu terbuka
bismillah

waktu rumah rumahku terbangun
burung burung bernyanyi
taman taman warna warni
warna cahaya sana sini
engkau yang cantik
memetik
dengan bismillah

ia kenang kekasihnya datang
ia kenang kekasihnya berpulang
membawa pendar pendar udara
membawa aroma bunga

bismillah
aku datang dengan doa
(Surabaya, 2002)

MALAM

bibir bibir bunga rumput
merunduk
menghadap cahaya
rukuk
bibir bibir bunga rumput
mengatup
(Surabaya, 2002)

BERSAMPAN MEMANDANG BULAN

bulan
bundar
langit
cerlang

ia yang disini
terhuyung menanti
(Surabaya, 2002)

BULAN TERBELAH AWAN

di atas pemandian
bulan terbelah awan.
pelan di air tenang
bayangan setangkup hitam
melayar di sisi ikan ikan
bulan terbelah awan.
(Surabaya, 2002)

PINTU

memandang dari balik pintu
ada yang tiba tiba berdegup
di balik lipatan lipatan itu
memandangmu dari balik pintu
ada yang mandadak diburu buru
waktu

memandangmu dari balik pintu
ada yang (tak disangka) meng
hardikmu
�Hai yang berselimut, bangunlah �
(Surabaya, 2002)

MELIHAT SENJA

(1)
angin datang
perlahan
mengusik dahan
burung kepondang
ilalang ilalang panjang
�segeralah kembali
aku tak akan mampu sendiri.�

(2)
tiang tiang pancang
yang panjang
menahan diam
kita pun diam
berpelukan.
(Surabaya, 2002)

Hawa Pegunungan

/1/
terlihat di sana
perempuan tua
berjalan

menanting reranting
menyusur jalan jalan kecil
tanpa srandal, tanpa engahan
tanpa omelan dan gerundelan
ia berjalan
lurus di rumputan

di sebrang kali
matahari
mengintai

/2/
di ujung sana rumahnya
di bawah trembesi tua;
rumah welit yang wingit

di depannya pagar aribang
di sampingnya kandang, di belakang
sumur bata yang dalam

dari kejauhan
terlihat seseorang
terbungkuk menggendong beban

/3/
�bapakmu dulu gagah
bapakmu dulu seorang singa
bapakmu � �

ia tak berani meneruskan
ia terdiam memeluk seseorang
matanya jauh menerawang.

(Surabaya, 2003)

Girilaya Suatu Senja

Kipas angin di meja
air freshener di sebelahnya
radio, segelas the dan seseorang di sana
di depan jendela:

bibirnya dipulas merah
pipinya mangkuk merona
rambutnya panjang sepinggang
bajunya berlubang lubang
celana dalamya hitam.

Kami pun hitam
memandang burung burung
terbang.

(Surabaya, 2003)

========================================
Pengirim : F. Aziz Manna
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *