Ada seorang penggembala kehilangan kerbau. Ketika ia menggiring
kerbau kerbaunya ke kandang, ternyata kurang seekor. Kerbau yang hilang itu
betina, dan bertanduk bengkok. Karena takut dimarahi majikannya ia lalu pergi
mencarinya.
dannbsp;Penggembala itu masuk ke dalam hutan. Lama sekali ia menjelajahi daerah
hutan itu. Akhirnya sampai di sebuah gua. Mulut gua itu tertutup oleh segumpal
batu besar.dannbsp;
Sewaktu penggembala itu hendak menghampiri pintu gua, tiba tiba dilihatnya batu
besar penutup guna itu bergerak.
Dari dalam gua itu keluar seekor kerbau bertanduk bengkok diiringkan oleh
seorang gadis yang cantik jelita. Gembala itu tercengang cengang keheranan,
menduga bahwa putri itu adalah sebangsa jin hutan.
Karena takut, penggembala itu segera meninggalkan tempat itu dan pulang ke
kampungnya. Setelah sampai di rumah ia langsung dimarahi oleh majikannya
habis habisna, karena telah menghilangkan seekor kerbau.
“Pak. Kerbau itu sudah saya ketemukan di tengah hutan. Ternyata bukan kerbau
biasa, tapi dipiara oleh seorng jin hutan yang sangat cantik. Tinggalnya di
dalam sebuah gua. Saya tahu tempatnya,” tutur gembala itu.
Maka tersiarlah berita tentang putri dan kerbau siluman itu ke seluruh negeri.
Bahkan Raja Muda pun mendengar berita itu. Timbul niatnya untuk mencari putri
itu dan akan dijadikan permaisurinya.
Raja Muda segera memerintahkan para hulubalang dan laskarnya untuk menyertai
Raja Muda pergi ke hutan. Penggembala dipanggilnya juga dan dijadikan penunjuk
jalan.
Setelah lama berjalan sampailah mereka di tempat yang dituju. Mereka berkerumun
di pintu gua, tetapi tidak dapat masuk karena batu penutup gua itu sangat
besar. Si penggembala lalu mengambil batu dan dipukulkan pada penutup gua tadi.
Ketukan itu terdengar oleh putri jelita yang ada di dalam gua. Dikiranya ibunya
yang berujud kerbau yang mengetuk pintu dari luar.
Dengan cara gaib yang dimilikinya batu besar itu didorongnya dan gua itu
terbuka lebar. Tak terkatakan terperanjatnya ketika dilihatnya bukan induknya
yang datang, melainkan seorang pemuda tampan yang tiada lain adalah Raja Muda,
diiringkan oleh segenap hulubalang dan laskarnya.
Putri itu menunduk kemalu maluan. Raja Muda sangat terpesona pada kecantikan
wajah sang putri.
Putri itu pun lalu didudukkan di atas usungan, lalu bersama Raja Muda kembali
ke istana. Selanjutnya sang putri lalu menjadi permaisuri Raja Muda dengan nama
Putri Ampai Ani. Keduanya hidup berbahagia di dalam istana.
Pada suatu hari Raja Muda bersama para punggawanya berburu ke hutan. Sehari
penuh mereka mencari rusa atau kijang, tapi seekor pun tidak dijumpainya.
Tetapi tiba tiba terlihat seekor kerbau liar sedang makan tanaman di tempat
yang agak jauh. Raja Muda lalu melepaskan panahnya, tepat mengenai dada kerbau
itu.
Rebah ke tanah dan menemui ajalnya. Para punggawa bersorak kegirangan. Mereka
beramai ramai mengerumuni kerbau yang sudah mati itu. Diikatnya lalu dipikulnya
bersama sama. Tidak sia sia perburuan selama sehari itu.
Malam harinya orang orang berpesta pora sambil menikmati gulai kerbau hasil
perburuan. Hanya kepalanya yang masih tersimpan di dapur dan dirawat oleh
permaisuri raja.
Kerbau itu tiada lain adalah ibunya sendiri. Bukan kepalang sedih hatinya.
Sehari harian sang putri meratapi nasib ibunya.
Kemurungan hati permaisuri itu lama kelamaan diketahui oleh Raja Muda. Putri
Ampai Ani didesaknya untuk berterus terang. Akhirnya diceritakan apa yang
menajdi sebab kepedihan hatinya. Raja Muda merasa menyesal sekali.
“Mengapa dinda tidak menceritakan sebelumnya. Pasti aku tak akan membunuh
kerbau itu. Bahkan akan kujaga keselamatannya,” tutur Raja Muda dengan sedih
penuh penyesalan.
Raja segera memerintahkan orang orang kepercayaannya di dalam istana. Kepala
kerbau itu lalu dirawat baik baik, dibungkus dengan kain kafan lalu dimasukkan
ke dalam peti. Tiada bedanya dengan merawat orang yang baru meninggal.
Setelah rapi semuanya peti itu lalu dikuburkan dengan upacara adat. Seluruh
negeri ikut berkabung. Mereka mengira bahwa yang dikuburkan itu adalah mertua
raja.
Tak seorang pun yang mengetahui bahwa ibu permaisuri raja itu berujud seekor
kerbau. Dengan cara demikian keaiban sang putri dan keluarga raja tidak tersiar
di kalangan rakyat.
Sampai sekarang konon gua tempat tinggal dan induk kerbau itu masih ada.
Letaknya di wilayah Lumpo Sumatra Barat. Pintu gua itu masih tertutup dengan
batu besar. Karena itu penduduk setempat menyebutnya Batu Bertutup.
(kuncung.com)
========================================
Pengirim : Conan
========================================