Penat oleh dalil dalil metafisika
Aku berjalan menyusur jalan setapak tak berujung
Menyapa Rindang pohon sesawi yang memberontak takdir karna tak pernah terpenuhi harapnya
Dahan kacang kacangan meranggas menyapa sukmaku
Kau terperanga,
Bercak bercak darah tampak di hadapku
Memanggilku untuk menjilatinya
Aku tergetar oleh tubuh tubuh busuk
Bau mayat menyampuli tak segera sirna
Tapi mengapa ?
Kita pulas akan mimpi ketika fajar menyingsing
Siapa khan peduli dengan kematian ini ?
Satu Jiwa adalah satu martabat
178 jiwa adalah martabat
jangan kau kata hanya karna satu jiwa, tapi katakanlah
itu adalah martabat
segala galanya itu tak akan berarti bagimu, meski kau merasa suci
dengarkan saksi bisu ayat mayat tergeletak liar
senyuman mereka adalah kedukaan kita
karena, kita tak pernah mengganggap mereka saudara
kepalan jemari mereka adalah kelemahan kita
Karena, kita tak perah menjaga mereka sebagai pejuang
Lantas kumengerti , segera aku harus menutup catatan harianku
Menghindari tatapan mata yang menyergapku
wajah porak poranda menertawaiku tanpa alasan
Lalu terbayang,
Kepergianmu yang tanpa tangis dan duka itu
Hanya untuk cahaya pembebasan kematian
Kau ketakutan
Satu kau lupakan , dunia bukanlah hitam putih, benar salah
Kesengsaraan kita bukanlah karena neraka
Kenikmatan kita bukanlah karena Surga.
Malang dalam kenangan Legian,Bali, 251102
========================================
Pengirim : Gendhotwukir
========================================