Eli termenung di sudut kamar, memandangi sesuatu yang selama ini ga pernah di pandanginya. Setetes air mata yang bening turun membasahi pipinya yang masih kotor dengan debu debu nakal.

Di luar hujan turun dengan lembut,membasahi bunga bunga taman di depan kamar,terasa sejuk merasuk ke dalam hati yang sedang risau. Eli menarik napas panjang di alihkannya pandangan matanya ke luar sana. “aku ga boleh larut dengan kesedihan ini” bisik hatinya lirih. Ia mencoba menghibur dirinya .

Seraut wajah nampak jelas terlihat di hadapannya, wajah yang selama ini di bencinya…sangat di bencinya

“ ah, kenapa harus dia “ batinnya kembali berbisik. Namun kemudian Ia tersentak kaget, tatkala raut itu memberinya senyuman manis, bahkan teramat manis untuk saat ini. Di bukanya mata nya lebar lebar seakan ia ga percaya dengan apa yang di lihatnya. Mulutnya terkatup rapat, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun..ya walaupun sepatah kata.
“ Eli, sampai kapan kau menatap ku seperti itu ?..aku bukan hantu yang setiap saat ada di hadapanmu lalu menakutimu kan ?”

Eli menutup matanya dengan telapak tangannya, tiba tiba Ia merasakan titik titik bening itu membasahi telapak tangannya, dengan suara parau di paksakannya untuk bicara
“ kamu menghancurkan segala yang aku impikan….kamu merebut semua yang aku sayangi..kamu jahat..kamu memang hantu bagi aku “
Sesaat di lihatnya raut itu memendam kesedihan .
Sosok nya pun akhirnya berlalu dari hadapannya
Ah andai saja Mama nya tau akan perasaannya yang tidak ingin di duakan dan tidak ingin di bagi kasih sayangnya. Andai saja Mama bisa mengerti lalu menyikapi hal ini dengan sangat bijak..tentu Ia ga kan merasa begitu sedih

Dulu Mama sangat memanjakannya, menyayanginya, memberi perhatian yang begitu banyak bahkan lebih. Tapi sekarang Mama jauh berbeda….lembutnya tangannya tak lagi mengelus rambutnya…tatap matanya yang teduh tak lagi menatapnya dengan sayang..semua gara gara anak ingusan itu
Eli mendengus kesal, dibantingnya poto Mama yang ada di sudut sana. Dengan langkah gontai di tinggalkannya ruangan itu.
Ah Mama ada di luar sana sedang memeluk anak itu dengan manja, sesekali di selingi dengan tawa nya yang renyah. Mama lalu menoleh ke arah nya dan melempar senyuman hangat

“ pagi, Eli…. ”
Hanya itu yang keluar dari mulut Mama
“pagi Ma.. aku baik baik saja walau tanpa Mama”
Mama termenung mendengar apa yang barusan di katakannya. Eli ga peduli dengan apa yang Mama rasakan. Papa dan anak barunya itu mengubah semuanya dengan sangat istimewa. Mama tak melepaskan pelukan untuk anak itu malah dengan lembut di usap usapnya rambutnya yang nampak merah dan tak terurus seakan akan membuktikan pada Eli bahwa anak ini jauh lebih berharga bagi Mama dari pada dirinya.
Eli melengos pergi menahan marah, kesal dan cemburu yang begitu hebat menusuk
nusuk hatinya. Andai saja Papa tak begitu cepat meninggalkan dirinya dan Mama.
Pagi ini ada sesuatu yang tak pernah di rasakannya sebelumnya….jantungnya berdegup kencang dan dadanya terasa sesak. Semua karena dering telpon dari rumah sakit yang terletak tak begitu jauh dari rumahnya.
Di sana ada Papa……menunggu Mama dan anak itu dengan penuh harap dan cemas
“Papa…apa yang terjadi dengan Mama ?”

Sudut kamar…..19 january 2005
Eli membiarkan buku diary Mama terbuka lebar, di bacanya berulang ulang penuh haru. Kenapa Mama tidak mau bercerita ttg ini kepadanya Kenapa Mama begitu tertutup..kenapa Mama….? Mama sangat menyayangi anak itu karena anak itu memang anak yang keluar dari rahimnya dan keluar dengan penuh perjuangan
Ah Eli teringat kejadian 5 tahun silam itu…di mana Mama melahirkan adiknya yang lucu dan lalu menghilang tanpa tau kemana sang bayi pergi.
Sekarang Mama dan anak itu telah tiada….nyawanya di renggut sebuah mobil
Dan kecelakaan yang tak dapat di elakkan lagi..yang tersisa saat ini hanya tangis dan kesedihan yang mendalam.
“Eli..apa yang sedang kamu pikirkan ?”
Eli tersentak kaget..” Papa ”
“maaf kan Papa dan Mama selama ini….kami ga ada maksud apapun selain tidak ingin melukai hatimu….”
“tidak apa apa pa katakanlah sekarang semuanya…Eli harus tau sgalanya..Eli tak mungkin kecewa dengan apa yang harus Eli dengar sekarang….katakanlah pa ..kenapa ?”
Papa meraih buku diary Mama dan menutupnya perlahan.

“Papa kenal Mama mu sejak SMU….saat itu kami sudah saling menyukai tapi sayang Mama mu sudah di jodoh kan sama Oma mu. Sampai akhirnya menikah dengan Papamu dan lalu…ada kamu kan ….hehehe…”Papa tertawa sejenak dan mengerling ke arah nya. Eli tersenyum pahit.”
“lalu….kami di pertemukan lagi dan kami….mungkin ini dosa kita yang paling besar, Eli….kami..melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh kami lakukan”

Eli mengerti…dan terdiam membisu. Mungkin ini yang membuat adiknya dulu menghilang. Papa mengambilnya dengan paksa dari Mama dan Papanya. Dan mungkin ini juga yang membuat papa sakit lalu meninggal.
Eli terdiam penuh kesedihan yang dalam..Mama…sesuatu yang tak bisa di percaya
Seakan ini mimpi yang takkan pernah ada ujungnya..karena ia tak akan pernah terbangun dari mimpi ini
Ah Mama…kau melukai hati ini dengan begitu kejam.
“sudah lah Papa…tinggalkan Eli sendiri “

========================================
Pengirim : dian
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *