Setelah lulus SMP, aku melanjutkan ke sebuah SMU swasta di Wonogiri, Jawa Tengah. Oleh orangtuaku aku dititipkan di rumah Bude, kakak perempuan ayah.
Bude hanya tinggal sendiri, karena kedua anaknya sudah dewasa dan tidak tinggal lagi bersamanya. Yang sulung sudah berumah tangga, sementara yang seorang lagi bekerja di Jakarta. Suami Bude sudah meninggal setahun lalu. Pada mulanya aku
merasa senang tinggal di rumah Bude, sebab beliau sangat memperhatikanku.
Mulai soal makan, pakaian sampai kegiatan sehari hari, semua diatur oleh Bude. Beliau memang disiplin. Bude juga ingin tahu semua kegiatanku di sekolah. Perhatiannya padaku melebihi orangtuaku sendiri. Tapi lama kelamaan aku mulai merasa tidak nyaman tinggal di rumah Bude.
Bude sangat ketat mengawasiku, sehingga aku tidak bebas lagi. Jika aku terlambat pulang sekolah, beliau selalu bertanya macam macam. Begitupun jika aku ingin main ke luar rumah, selalu dilarang.
Aku tidak boleh pergi, kecuali untuk keperluan sekolah atau untuk hal yang benar benar pen sakuku dan bersikap pelit, untuk mengambil keuntungan pribadi.
Akupun jadi malas meminta uang pada Bude, karena beliau selalu bertanya secara detail untuk apa uang itu kuminta. Jika dirasanya tidak penting, Bude tidak akan memberikan. Dengan keadaan seperti ini aku jadi ingin pindah dari rumah
Bude.
Aku ingin kost saja. Lalu aku utarakan hal ini pada ayahku, tapi beliau menolak karena takut akan menyinggung perasaan Bude.
Setelah aku menceritakan masalah keuanganku yang sangat dibatasi oleh Bude, ayahku berkata: “Begini saja. Nanti setiap bulan Bapak kirimi sendiri uang buat kamu lewat sekolah.
Tapi kamu harus berjanji, tidak boleh punya pikiran untuk pergi dari rumah
Bude,”.
Aku setuju tawaran ayahku. Begitulah, aku masih tetap bertahan tinggal di rumah Bude. Akupun mencoba menuruti segala aturan yang diterapkan Bude meski hal itu terasa mengekangku. Tapi aku berusaha untuk tabah. Aku mencoba
mencurahkan sepenuhnya pikiranku untuk belajar.
Suatu hari aku dihadapkan pada sebuah kesulitan. Aku harus membayar sekarang kamu sangat membutuhkannya, jadi Bude serahkan sekarang…,” tutur Bude. Aku jadi terharu mendengar kata kata Bude.
Aku tak sanggup lagi berkata kata. Tanpa sadar, air mataku menetes membasahi pipi. Aku baru sadar, ternyata Bude orang yang berhati bersih dan
mulia. Aku menyesal pernah berprasangka buruk pada beliau. Maafkan aku, Bude
========================================
Pengirim : Loly
========================================