Seorang dokter berkata, bahwa menulis sangatlah bagus buat jiwamu.
Karena lewat menulis kau bebaskan dirimu dari tekanan jiwa.
Apalagi dimasa kini yang bertumpuk frustrasinya dan buuaaanyak sekali orang yang ngamuk.
Paling tidak lewat tulisan kita melampiaskan kemarahan kita.
Mengamuk dengan menggunakan kata kata dan ujung pena
Menggunakan kecerdasan menghayati hidup, humor dan kritik pedas dalam kreativitas yang manis dan artistik.
Banyak yang gemar membaca, banyak yang gemar menulis atau dua duanya.
Membaca menambah pengetahuan, membuka pikiran dan mengembara kemana saja, jumpa siapa saja dan belajar apa saja.
Meningkatkan mutu kita sebagai manusia dialam fana ini.
Menulis, mengetengahkan pendapatmu, bicara dengan para pembaca yang nantinya akan menulis kembali.
Tukar menukar pikiranlah yang menyebabkan hidup selalu penuh gairah.
Kita tak jadi pengap dan jenuh dengan yang itu itu saja
Karena kita aneka ragam bagaikan ikan dilaut atau masakan Jawa, makanya kita selalu menarik
Banyak pembaca yang menulis surat pembaca, memberi komentar tentang apa yang dibacanya.
Banyak yang menulis karena ada sesuatu yang tak terlihat dan teraba tapi terasa dan menggetarkan sukma untuk bicara lewat tulisan.
Pak Soeroyo sebagai pegawai negeri sipil dikota bengawan Solo yang indah, pensiun ditahun 1981.
Setelah pensiun dijauhkannya post power syndrome dengan keberanian hidup, menerima dan menghadapi kenyataan.
Kalau yang lain pada makan tidur dan bingung, maka Pak Soeroyo terus hidup normal sebagai mana adanya.
Ia mendengar radio, melihat berbagai acara TV yang punya mutu dan membaca buuaaanyak sekali apa saja yang perlu dibaca dikolong langit ini.
Jika ada hal hal yang perlu diluruskan, dibawah kejalan yang agak benar, maka Pak Soeroyo mengambil pena nya.
Ia menulis kepada berbagai redaksi surat kabar, apa saja dimana saja dan kapan saja.
Karena tulisannya punya mutu, maka satu persatu bermunculan dimana mana.
Banyak yang membaca, banyak yang setuju, banyak yang kasih kritik membangun.
Paling tidak tulisan Pak Soeroyo punya pembaca
Inilah yang menghibur sukmanya
Semboyan hidup Pak Soeroyo adalah:”TOPP”
Yang punya arti:”Tua, Optimis, Prima, Produktif ”
Ini bikin saya ingat akan Chairil Anwar yang bilang:
“Luka dan bisa kubawa berlari.
Berlari.
Hingga hilang pedih peri.
Dan aku akan lebih tidak perduli.
Aku mau hidup seribu tahun lagi”
Pak Soeroyo juga menganjurkan penulis muda supaya lebih gencar menulis yang positif, guna mencerdaskan anak bangsa.
Pak Soeroyo adalah salah satu tokoh Epistoholik Indonesia (EI) atau kumpulan orang yang kranjingan menulis surat pembaca. Banyak para Epistoholik yang jadi penulis tanpa direncanakan.
Seperti”kecelakaan”, terjerumus jatuh dan terlanjur kecanduan enaknya.
Akhirnya ya apa boleh buat, terpaksa terima nasib jadi penulis.
Apa nggak menarik?
Jika dirimu mau ngamuk, ingatlah Pak Soeroyo
Janganlah ngamuk dengan anak istri atau bikin huru hara jalanan, bakar ini bakar itu yang tak berguna dan sangat berbahaya buat orang lain.
Ngamuklah dengan menggunakan kata kata dan ujung pena
Napoleon bilang, ujung pena itu lebih tajam dari pada ujung pedang
Ngamuklah dengan menggunakan kecerdasan menghayati hidup yang fana ini, humor dan kritik pedas dalam kreativitas yang manis dan artistik.
Lebih aman buat rakyat kecil dipinggir jalan dan dirimu jadi orang berguna. Seorang penulis
Bayangkanlah
Selamat mengamuk, selamat menulis dan jadi Epistoholik Indonesia seperti Pak Soeroyo ditepian bengawan Solo yang airnya terus mengalir sampai jauh.
Musim petik buah 2004
di udik tanah Australia.
Salam buat Wonogiri
========================================
Pengirim : Lasma Siregar
========================================