Semalam, di langit damai bertabur bintang.
Endapan rindu terpisah jarak dan waktu.
Putaran waktu belum pupuskan kenangan.
Akan selalu tertinggal di lapisan memori.
Nuansa sendu yang kita alami telah kuatkan tali hati.
Jalanan berdebu ini, saksi bisu kala kita berbagi tawa.
Antara laju roda sepeda yang tak juga bisa kau kayuh.
�Nggak bisa. Gue nggak bisa naik sepeda �� teriakmu putus asa.
�Gede badan doang, lu,� kataku. Lagi lagi sepeda masuk semak.
Jalan hidup dan deraan hidup justru kuatkan pijakanmu.
Akan selalu ada senyum diantara masalah yang tak pernah usai.
Laramu terbalut sempurna: Tawamu adalah
Angin yang sejukkan panasnya hari. Candamu adalah
Nyanyian mata air di gersangnya gurun.
Ada banyak hal yang telah kau ajarkan padaku.
Rasa utuhmu di tengah badai berlabel broken home.
�Jangan menyerah,� katamu. �Karena ini hidup kita.
Untuk kita. Kita yang menjalani. Bukan siapa siapa. Dan ingat,
Nelangsa tak kan berakhir dengan tangis,� katamu. Ketika
Aku bertanya, �Pernahkah kamu menangis?�
Semua indah. Hingga terlambat tersadari
Engkau dan aku tak kan selalu bersama.
Mula akan selalu akhirnya. Takdir Illahi lepaskanmu dariku.
Awal Januari 2003. Jalan Raya Sleman Yogyakarta.
Redupkan cahaya hidupmu, perlahan dan pasti.
Akan selalu terkenang. Dini hari kelabu. Dalam kelam.
Gantikan semua senyum dalam buraian air mata.
Mengantarkanmu di tidur panjangmu
(Selamat jalan, sahabat. Kamu di hati. Selalu.)
SMG:refleksi 05.01.03
========================================
Pengirim : er nisa
========================================