Seorang petani mendatangi seorang ahli ibadah untuk meminta nasihatnya sehubungan dengan rejeki dan penghidupan yang sedang dialami oleh petani itu.

Si ahli ibadah memberi saran kepada si petani untuk melakukan hal berikut:
“Nanti malam siapkan makanan yang cukup untuk 10 orang yang kelaparan. Pergilah dan bawa serta makanan itu ke sebuah tempat. Sesampai di sana,
ketuklah pintu rumah yang ada di situ. Serahkan makanan yang kamu bawa kepada penghuni rumah. Mereka adalah orang fakir dan yatim. Setelah menyerahkan makanan itu, tanyakanlah apa yang kamu hajatkan. Mereka pasti akan
memberikan jawaban yang bisa memecahkan persoalanmu.”

Pulanglah si petani. Sesampai di rumah ia menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Ketika petang akan menjelang berangkatlah ia menuju tempat yang disebutkan tadi. Sampai di tempat yang dimaksud, ternyata itu merupakan
sebuah gubuk reyot.

Dari kondisi rumah seperti itu, bisa ditebak orang orang yang menjadi penghuninya. Diketuklah pintu gubuk itu, dan tak lama kemudian keluarlah seorang ibu menemuinya, menanyakan
keperluannya. “Siapakah gerangan Tuan ini?”

“Saya datang ke sini mengantarkan makanan untuk Ibu dan anak anak Ibu,terimalah pemberian saya yang tulus ini.”

“Alhamdulillahirabbilalamin tapi anak anak sudah tidur lelap. Terima kasih atas segala perhatian yang Tuan berikan kepada kami.”

“Kalau memang anak anak sudah tidur, tidak apa apa. Tolong Ibu terima saja makanan ini, karena saya memang telah menyiapkan untuk keluarga ibu. Barangkali saja ibu bisa memberikannya kepada mereka besok.”

Si petani memberi saran agar si ibu itu mau menerima makanan yang dibawanya itu.
Namun, tangan si ibu belum juga diulurkan untuk menyambut pemberian itu. Malah, si ibu kembali memberikan jawaban yang tentu saja
membuat si petani itu terheran heran.

Betapa tidak, di tengah penderitaan yang
tampak olehnya, si ibu malah menolak pemberian makanan yang justru menurut pikiran si petani akan bisa meringankan penderitaan si ibu dan
anak anaknya.

“Apa jaminan Anda bahwa anak anak saya yang sedang lelap tidurnya itu akan bisa hidup sampai besok hari?”

“Insya Allah, mereka akan hidup sampai besok hari.”

Sang ibu belum juga menerima pemberian itu, bahkan kembali menjawab saran si petani.

“Sesungguhnya Allahlah yang akan menetapkan hidup bagi mereka itu. Ia pulalalah yang akan menetapkan rezeki bagi mereka.”

Meskipun sudah mendapatkan jawaban seperti itu, si petani tetap saja memaksa agar si ibu mau menerima makanan yang dibawanya itu. Si ibu
tetap menolak dengan alasan bahwa anaknya sudah tidur. Tetapi, karena terus menerus dipaksa, akhirnya ia menjawab dengan tegas.

“Sungguh besar dosa yang akan aku pikul seandainya aku menerima makanan itu kemudian hanya menyimpannya saja, menunggu sampai anak anak bangun besok. Sementara itu, di sana, di tempat lain, ada banyak orang yang
justru tidak dapat tidur saat ini karena harus menahan rasa lapar yang menggerogoti perutnya.”

Sumber: Mutiara Hikmah dalam 1001 Kisah, Tim Poliyama Widya Pustaka

========================================
Pengirim : cute girl
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *