Dunia kangaouw sastra tengah dilanda ?musim kemarau tropis yang panjang, tak ada lagi tersisa para pahlawan, para datuk yang menguasai keempat penjuru mata angin, Amir Hamzah sudah lama mati di tetak nyanyi sunyi buah rindu kemerdekaan. Chairil Anwar berakhir dalam ekstase romantic agony bohemian pascakolonial awal abad 20. Sutardji Calzoum Bachri insyaf dan mengkhianati alkohol dan puisi demi taman ilusi sufi setengah hati sementara Afrizal Malna tersesat dalam labirin kriya intelektualisme etalase tanda, binatang yang tercekik dalam botol hibriditas lingua franca vernacular. Prosa meralela dimana mana, para petualang sastra,, para dilettante naik ke mimbar bicara tentang Michelangelo?? Saut Situmorang ?
Waspadalah para petualang sastra waspadalah para dilettante karena seorang pendekar dengan jurus sakti telah turun ke belantara sastra dari negeri Selatan, negeri yang terkenal dengan jurus lompatan kanguru. Pendekar ini bukan sembarang pendekar karena ia telah malang melintang di negeri jauh dan ditangannya telah ia genggam sederet pengakuan yang diperolehnya dari pengembaraan panjang selama 11 tahun, dan sebagai seorang pendekar yang siap menyandang nama besar ia turun ke dalam kancah dunia persilatan (baca dunia sastra) dengan langkah tegap, dada busung, wajah penuh percaya diri, tangan kencang terkepal dan pedang sakti tajam terasah.
Pendekar itu adalah Saut Situmorang, lahir 29 Juni 1966 di kota kecil di tebing Tinggi Sumatera Utara namun besar di Medan dan penyandang 2 gelar BA(sastra Inggris) MA(sastra Indonesia) dari New Zealand serta penerima berbagai penghargaan sastra lokal dan internasional. Dari antologi sajaknya yang terbaru ?saut kecil bicara dengan tuhan? kita dapat melihat sosok Saut sebagai seorang pendekar dengan jurus jurus sakti:
/1/ Jurus tangan kosong menyusun bentuk
Saut adalah pemuja bentuk, typografi sajak adalah aspek penting dalam permainan silat Saut. Beberapa typografi yang unik muncul dalam sajak collage, sajak mabok, sajak pop culture dan mencapai puncak penampilannya dalam sajak hujan. Typografi sajak hujan misalnya adalah lahir dari sebuah kesadaran dan sesungguhnya esensi sajak ini ada pada typografi sajak itu sendiri yang memberikan imaji visual yang kuat akan hujan yang tengah turun rintik rintik.
/2/ Jurus pedang sakti mendedah bunyi
dalam beberapa sajak Saut muncul dengan sangat liris, nyaring berbunyi, merdu di dengar dan sebagian besar sajaknya memang merupakan sajak lirik yang dengan lihai memainkan rima dan irama.
Pada sajak tidurlah cicak, kita dibuai oleh repetisi permainan bunyi seperti mengajak kita menyanyikan kembali lagu masa kecil cicak cicak di dinding, perhatikan kutipan bait sajak berikut:
tidurlah cicak tidurlah tidurlah cicak tidurlah
cicak tidurlah tidurlah tidurlah tidurlah cicak
Pada sajak surat cinta, Saut seolah membangkitkan imaji bunyi yang kuat atas suara kucing mengeong ngeong yang tengah di mabuk birahi.
demikian pula dalam sajak mata mawar sangat terasa irama yang liris dan rima yang padu.
/3/ Jurus ginkang; meringankan tubuh tingkat tinggi
Saut telah memecahkan teori keakuan dan menghapus segala kekhawatiran untuk mencapai tahapan yang lebih tinggi dari sekedar teori, dalam sajaknya kata kata muncul seolah olah kata kata telah menyatu dengan dirinya dan dengan mudahnya ia melompat lompat, memindahkan diri dari satu bahasa ke lain bahasa tanpa kehilangan keseimbangan, coba tengok pada saja sajak do you like basketball, berangere?, kemudian sajak Caminando por la calle, sajak pop culture, kinda blue/sembilan gelas bir, kau dan masa lalu, serta beberapa sajaknya yang lain yang menggunakan multi bahasa dan membawa kita pada sebuah nuansa yang menyatu antara bingkai dan lukisan yang indah di dalamnya.
/4/ Jurus pedang dewa menetak makna
Pencapaian tertinggi dalam ilmu silat adalah kemampuan mengalahkan diri sendiri dan kesempurnaan sejati selalu kembali ke dalam diri sendiri manakala kearifan mencapai eksistensi tertinggi. Tingginya teori telah teruji dalam pelatihan yang tak kenal lelah dan memperoleh esensinya dalam makna sebagai hasil pemikiran dan perenungan. Saut telah sampai pada esensi paling dalam dengan penyatuan dirinya dengan Sang Maha Hakekat dalam sajak saut kecil bicara dengan tuhan, persistence of memory, dan kata dalam telinga adalah karya favorit saya.
/5/Jurus mencumbu langit memetik bunga
Sebagai pendekar Saut tahu persis bagaimana mempergunakan kekuatan personanya dan lewat hasrat yang menggebu, gejolak gairah dan birahinya pada kata kata, pada wanita, pada sang entitas tunggal Saut memperoleh katup pelepasan yaitu dalam sajak gondang gaib memukul mukul di ke 5 inderaku, surat cinta, aku telah menjelajahi kemulusan tubuhmu, sajak cinta untuk semua perempuanku, buat susan ploets dan kebengalan Saut benar benar mencapai orgasme dalam sajak aku mencintaimu dengan seluruh jembutku
/6/ Jurus pendekar mabok tak mabok
Kata kata adalah arak inspirasi yang mengalir dalam dahaga, sebagai realitas harafiah sekaligus sebagai realitas di luar realitas itu sendiri, dan sebagai pendekar arak kata kata bukanlah masalah buat Saut seberapa banyak pun yang ia tenggak. Tengoklah sajak mabok, marilah kita mabok, arak bali dan sadar dari mabok suatu pagi musim hujan dalam maboknya Saut tak benar benar mabok karena mabok kata katanya masih bening berkisah, masih jernih bertutur, masih bernas bermakna.
/7/ Jurus tenaga dalam meresap rembulan
Tenaga dalam Saut telah mencapai tataran yang tinggi dalam ukuran ilmu persilatan, kedalaman makna sajaknya begitu resap meresap seperti dalam sajak ibu seorang penyair, definisi cinta setelah sepatu bata menginjak bulan, lalu pada sajak kata dalam telinga dan blues untuk katrin. Panjang pendeknya sajak sudah bukanlah masalah buat Saut ia piawi memilih diksi ia lihai membuat definisi, ia mahir merangkai lirik dan mengguratkan makna yang mampu menyihir pembaca.
/8/ Jurus melebur dengan pedang
Kata kata adalah alat bagi penyair seperti juga pedang di tangan seorang pendekar dan Saut telah berhasil menundukkan pedangnya seolah pedang telah melebur menyatu dalam dirinya. Kepiawaian Saut memilih diksi mengatur rima dan irama mencipta aspek visual dan imaji penginderaan, mengolah gaya bahasa dan repetisi menunjukkan bahwa pedang itu hidup dan berjiwa dalam permainan jurus jurus yang cantik
/9/ Jurus pamungkas tak tunduk kepada pedang
Bagi seorang pendekar pedang adalah jiwa, sebagai penyair kata adalah roh tapi pendekar tak harus tunduk kepada pedang dan Saut sangat sadar akan hal itu, ia sadar bahwa matahari sudah condong ke barat kehidupan sastra tengah berada di titik klimaks musim kemarau tropis yang panjang sementara malam segera turun dan sebagaimana samurai Miyamoto Musashi yang sadar akan kemampuan pedangnya masih ada seorang Sasaki Kojiro yang harus ia tundukkan.
Jakarta, awal desember 2003
(oleh titon rahmawan)
========================================
Pengirim : titon rahmawan
========================================