Berseri, tanpa tahu benaknya. Tak pernah bicara, melayang entah kemana. Adalah jebakan. Malaikat atau setan yang menjelma, tidak tahu. Kesimpulan patah, kontradiksi dibawanya.
Duka, mata pedang tajam di dalamnya. Torehan luka di hatinya. Senyuman saat kering lamunannya.
Perempuan itu surganya, nerakanya. Ditempatkan diantara keduanya, mengaduh dalam kenikmatan, riang dalam siksaan. Dimana sebenarnya. Dua dunia yang adanya, membawa bukan pada keduanya. Dimana dirinya, dimana dirinya.
Ini kediamankah, keributankah. Kontradiksi itu tumbuh seperti kecambah di tengah hutan lembab beraroma pupuk kandang yang disebar di tengah lautan. Hilang. Sendiri tapi tak pernah sendiri, hilang tapi ada ditemaninya.
Pujangga palsu didalam keaslian. Bekerja tapi hanya tertegun memandang pekerjaannya yang sedang memandang pekerjaannya. Ini bukan gema tanpa akhir. Bayangan kenyataan yang menusuk sanubari para pencari.
Bintang terjatuh di ufuk timur tempatnya bekerja. Ia kesulitan melihatnya. Berderai mata dari kesegaran menjadi kantuk, kantuk menjadi pejam. Seumur hidup disemainya ketakutan, kurikulum wajib dalam pendidikannya. Berkawan dengan kengerian dalam dirinya.
Terkadang rasanya rasakan rasanya, begitu mencintai semuanya. Datang dan pergi seperti awan. Tak ada bentuk yang terbentuk oleh bentuk bentuk bentukan. Bahagia oleh penjara kebebasan yang mendera kebahagiaan. Hidup tak pernah putus. Kemarin, sekarang, nanti.
Kata kata. Seribu kata kata mau kemana. Menembus pikiran kalut, menyapunya dengan kebingungan selangit tinggi. Bawa kemana, hanya hitam, tersembunyi atau tidak mengerti.
Indah, buruk rupa. Apa urusannya, hanya membaca. Cermin itu memantulkan segalanya. Membawa semuanya. Tulis apa lagi, semua ada.
Berseri, tahu tanpa tahu benaknya. Berbicara tanpa bicara, pasti, akan kemana. Adalah titik, tidak ada lagi apa apa. Menjelma jadi jelma, pasti keberadaannya. Kesimpulan tersimpulkan, kontradiksi terbentukkan.
========================================
Pengirim : Black Knight
========================================
