Bunda�, Tasbih itu terputus�..

S
etiap petang, bunda mengajak kami berkumpul, disela sela waktu sebelum shalat, bunda sering menyediakan minuman hangat serta kue kecil yang terkadang kami berebutan menikmatinya.

Kami tiga bersaudara, dibesarkan oleh seorang bunda yang berperan ganda, setiap hari bunda berjualan pada toko peninggalan ayah. Sementara saudara tertua ikut membantu bunda menjaga toko setiap pulang sekolah.

Kumandang adzan menggerakkan hati yang beriman untuk melakukan ibadah, bergegas kami berwudhu, mensucikan diri untuk shalat Magrib berjamaah.

Satu per satu kami menyambut tangan bunda dan menciumnya diakhir shalat, teramat sering kami melihat tetesan air mata bunda diakhir shalatnya. Terasa hangat sentuhan tangan bunda ke kepala kami masing masing. �Sabar ya nak�., pelihara ibadahmu dan selalu berdoa�..�, pesannya.

Diantara waktu�. bunda terus bertasbih, jari jemari itu tidak asing lagi dengan benda yang ada ditangannya, warna kebiruan dari biji tasbih mulai usang akibat jemari itu.

Bertasbihlah engkau dimuka bumi ini sepanjang masa, HR. ����.., setidaknya mencegah engkau dari perbuatan mungkar.
Subhanallah, Alhamdulillah, Lailaha Illahlah, Allahu Akbar, terucap berbisik tak terdengar diiringi jari jemari bunda memainkan tasbih.

Kepasrahan dan keuletan yang ada pada bunda, lahir dari kalimat kalimat tasbih yang selalu membasahi bibir bunda. Tanpa lelah dan putus asa beliau mendidik dan memberi nafkah kepada kami dan selalu membimbing untuk tetap dekat kepada pencipta Nya.

Dukungan dan harapan bunda kepada pendidikan anak anaknya sehingga kami terpaksa meninggalkannya untuk melanjutkan studi diluar dari kampung kami, yang pada akhirnya tertinggallah bunda sendiri ditemani sanak keluarga. Semesteran kuliah kamipun berakhir dan kami berjanji untuk kembali ke kampung bersama bunda menghabiskan masa liburan.

Dalam perjalanan pulang, kami banyak ngobrol, menceriterakan masing masing suka duka dikampus, semuanya seakan berlomba untuk berceritera kepada bunda sesampainya dirumah.

Betapa kagetnya kami setiba dirumah, �Bunda�.., kenapa bunda�.., bunda kok tidak mengabari kami, bunda��� kami meneteskan air mata, tersungkur disamping pembaringannya. Bunda tetap terdiam dan tersenyum kepada kami. �Anakku�.kalian baik baik saja�� tanya bunda, kamipun menciuminya. Pupus harapan kami untuk berceritera kepada bunda. Kami sibuk merapikan dan membersihkan kain dan kamar dimana bunda beristirahat.

Kami duduk disamping bunda, adik kami berada dibawah, sembari memijat kaki bunda dan kulirik mata adikku berkaca kaca.
Bunda terbaring lemah akibat penyakit dideritanya sejak seminggu yang lalu membuat kami bersedih, kami rindu sentuhan tangan dikepala�.kami rindu nasehat itu��dan kami rindu senyuman itu�. kami rindu bunda�.., kedamaian, terpancar pada raut muka yang bersih dan putih itu�, kerudung putih yang selalu menutupi kepala bunda�., Al Qur�an dan kacamata yang terletak disisi kanan bunda��tasbih�iya tasbih�.kemana tasbih itu�.

Ya Allah�..tasbih itu putus�..,mungkin saja akibat tertindih sehingga tasbih itu terputus �Anakku��mana tasbih bunda�.� suaranya lirih dan serak, mengagetkanku. �Bunda�..tasbih itu putus�.�, bisikku, �Coba engkau rangkai kembali anakku�..�, kucari dan kukumpulkan satu per satu biji tasbih yang terputus itu, kurangkai kembali�.., kuhitung �95..96..97..98�, satu lagi�, batinku. Satunya kemana ?, �Bunda�.satunya hilang bunda�.�, tanyaku, bunda diam tidak menjawab namun beliau tetap memainkan tasbih yang kurang itu, sembari ku berdoa semoga biji tasbih yang satu itu kudapatkan.

Kutetap mencari, mungkin saja biji tasbih yang satu nyelip diantara bantal dan selimut yang bunda gunakan menyelimuti tubuhnya, �Dapat�.. �, bunda aku dapat yang satunya�.. �Kucoba meraih tasbih yang berada ditangannya, kusentuh�.. ya Allah, ya Rabbi, bunda��.. begitu dingin tangan bunda yang menggengam tasbih�.. kutatap raut muka bunda yang tersenyum�..bunda�., bunda�.. beliau telah pergi�.�Innalillahi wa innailahi rojium��. Kami bersedih, mata kami masih berkaca kaca oleh air mata yang kami tahan, kami saling berangkul, menatap raut muka bunda yang terakhir kalinya, tangan bunda masih menggengam tasbih yang terputus itu�.Subhanallah.

Kepergian bunda�..membuat pilihan diantara kami bertiga�.untuk satu diantara kami tetap tinggal dan melanjutkan usaha yang dititipkan kepada kami sebagai . Akhirnya kamipun berpisah, saudara tertua mengalah untuk kami melanjutkan harapan bunda yang selama ini beliau berikan.

Selamat jalan bunda� amal jariah yang engkau ajarkan kepada anak anakmu akan melapangkan kuburan tempat ayah dan bunda istirahat. Tetesan air suci dan cahaya untuk mu terkirim bersama doa doa anak anakmu.

========================================
Pengirim : Gunawan / Mas Gun
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *