Lampu jalan mulai redup
Duduk di bawahnya sesosok manusia
Bibir merah menyala
Tampak di antara kesayuan matanya
Merona pipi jambu kasat mata

Tangan dan kaki mengiba menawarkan jasa
Menanti mobil mobil datang menyapa
Kepulan asap membumbung tinggi di atas
Baju tipis membuat pemiliknya semakin dingin
Berontak suara di perutnya

Lampu taman mulai redup
Di bawahnya kursi panjang dari kayu jati
Duduk di pangkuannya sesosok manusia
Mata memerah kesedihan pekat
Robekan dirinya dan kekasihnya berserakan di mana mana

Isakan dadanya terasa amat dalam
hingga burung hantupun turut mengiringi
Harapan masa depannya
Hancur berkeping keping

Lampu gubuk sudah meredup
Dalam keadaan terlihat sesosok manusia
Kulitnya yang tercabik cabik
Harga dirinya lenyap seiring lenguhan lenguhan nikmat
Yang selalu teringang di telinga
Tamparan tamparan masih panas di pipinya

Rambutnya kusut sekusut jiwanya
Tubuhnya telah menjadi sampah
Rasa malunya sudah menginfeksi pembuluh darahnya
Sekotor gubuk tua ini

Wanita jalan itu terdiam
Merenungi nasibnya
Wanita taman itu tersenyum
menghambari kenangannya
Wanita itu tertunduk
menyesali kelebihannya

Wanita jalan itu terdiam selamanya
diselimuti dinginnya malam
Wanita taman itu tersenyum selamanya
diiringi sendunya malam
Wanita gubuk itu tertunduk selamanya
dikabuti dosanya malam

========================================
Pengirim : Anunk Ray
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *