Tanpa terasa, sudah lima setengah tahun kujalani masa kuliahku. Aku selalu
berharap, mudah mudahan, bisa lulus dan merasakan nikmatnya mengenakan toga
sarjana. Usahaku untuk meraih gelar sarjana, bukan suatu yang mudah. Kemampuan
inlegensiaku tidak kalah dengan rekan terpintar di angkatanku.

Namun, soal
biayalah yang membuatku nyaris putus asa.Pagi itu, seperti biasa, kulihat ayah
masih memakai celana pendek lusuh dengan alas kaki sendal jepit yang dekil.
Beliau masih sibuk di samping gerobak es yang selalu setia menemani perjuangan
hidupnya menafkahi keluarga sejak belasan tahun lalu.

Sedang ibuku, sejak usai
shalat Subuh, pergi menjadi kuli cuci di beberapa rumah komplek perumahan
mewah, tidak seberapa jauh dari perumahan kumuh tempat kami bermukim.Berkat
kegigihan kedua orangtuaku memotivasi dan menyekolahkan kami, membuat kami agak
berbeda dengan anak anak di lingkungan rumah kami. Kebanyakan mereka hanya
lulus SD, dan sedikit sekali yang mengerti makna pentingnya pendidikan.

Suatu
kali, ayah pernah bberjualan es cendol di terminal Kampung Rambutan, agar dapur
kami tetap berasap. Sedang adikku yang duduk di bangku SMP, sejak
bertahun tahun membantu dengan berjualan koran di perempatan jalan tidak jauh
dari rumahku. Itulah pertamakalinya aku berjualan es cendol. Terik matahari tak
kepalang menyengat sekujur tubuh.

Ya Allah, betapa berat tugas yang selama ini
diemban ayahku demi anak anaknya. Begitu gerobak kudorong masuk beranda rumah
sore itu, tiba tiba adikku, menyodorkan surat pemberitahuan. Kubaca, bahwa
tanggal 14 bulan itu akan dilaksanakan acara wisuda sarjana. Muncul masalah,
ayah dan ibuku tidak punya pakaian yang layak untuk hadir dalam acara tersebut.

Mau kubelikan, aku tidak punya uang. Mau pinjam orang, tidak mungkin, pasti
mereka tak berkenan meminjamkannya.Akhirnya, pada hari wisuda itu, aku beserta
ayah, ibu dan adikku hadir apa adanya. Seturunnya kami dari bus kota yang kami
tumpangi, halaman kampus sudah penuh sesak dengan keluarga para wisudawan yang
berpakaian mewah.

Di antara yang hadial. Alhamdulillah, Tuhan selalu memberikan
kebahagiaan setelah perjuangan yang panjang.

Oleh: (Ali Amrisyam Taman Wisma Asri Bekasi)

========================================
Pengirim : Loly
========================================

By admin

2 thoughts on “Toga Sarjana”
  1. toga sarjana ini kan tulisan gue waktu di kartini…sapa yang up load niy…..

  2. Wonderful article. I been looking for one on a similar note. I guess you always have something up your sleeve.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *