Seorang politikus waktu kampanye mengatakan, bahwa bangsa Indonesia ini 80% masih saja miskin dan hanya 5% saja yang berpendidikan sarjana.
Kalau 80% masih saja miskin dan kacau balau oleh masalah SEMBAKO nya, berarti ada 20% yang kaya. Jumlah yang cukup banyak. Bayangkanlah jumlah penduduk tanah ini 220 juta orang, 20% berarti 44 juta orang kaya.
Seandainya mereka mejyumbangkan 1000 rupiah tiap bulan, berarti bisa terkumpul 44.000 juta rupiah. Bayangkanlah 44.000.000.000 rupiah
Ini, bisalah membantu uang sekolah anak anak yang pintar tapi orang tuanya tak punya uang buat pendidikan. 1000 rupiah tiap bulan atau 250 rupiah tiap minggu, tidaklah banyak. Bandingkanlah dengan harga majalah, nonton film, beli kaset atau CD atau jajan di fast food kota besar
Berilah kesempatan kepada yang 95% yang tak bisa masuk pendidikan akademi atau universitas.
Bukankah pemuda pemudi yang pintar dan rajin serta berbakat ini adalah harapan bangsa yang pantas dibantu?
Masalah buku dan budaya membaca yang katanya masih terkebelakang dan ketinggalan zaman, kalau mau bisa kita berbuat sesuatu yang memajukan.
Bagaimana kalau 20% yang kaya dan mampu, mau menyumbangkan 1 buku tiap bulan.
Berarti tiap bulan kita bisa kumpulkan 44 juta buku.
Bayangkanlah 44.000.000 buku tiap bulan
Ini berarti kita bisa buka tiap bulan buuaaanyak perpustakaan atau taman bacaan. Dan buuaaanyak anak anak, remaja, orang tua dan siapa saja yang bakal keranjingan membaca.
Bukankah dengan membaca kita membuka pikiran kita ke dunia yang maju dan berpacu?
Bukankah dengan membaca dan berpikir kita keluar dari bawah tempurung yang membuat kita dangkal, picik dan fanatik? Cobalah renungkan
Nah, kita sudah kumpul uang dan buku, yang jadi pertanyaan adalah : “Bagaimana melaksanakannya dalam praktek di dunia fana yang penuh KKN ini?”.
Jawabnya hanya ada di hati kita semua yang beritikad baik.
Melbourne, musim gugur 2004.
========================================
Pengirim : El Camino
========================================